Pare adalah sebuah kota kecamatan yang terletak di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Kota kecil ini terletak antara kota Kediri dan Jombang. Waktu tempuh yang dibutuhkan dari masing-masing kota tersebut ke Pare sekitar 45 menit. Di kota kecil nan damai ini terdapat sebuah wilayah yang saat ini akrab dijuluki Kampung Bahasa Inggris, yaitu wilayah desa Tulungrejo. Di wilayah ini kita bisa menemukan suatu lokasi pendidikan yang unik dan mengkhususkan diri pada bidang bahasa-bahasa asing terutama bahasa Inggris. Kondisi ini yang membuat zona ini dijuluki Kampung Bahasa Inggris.
Sejarah perkembangan pendidikan kebahasaan di wilayah ini dimulai pada tahun 1977. Perintis sekaligus peletak dasar konsep kependidikannya adalah Bapak Kalend_yang akrab dipanggil Pak Kalend. Sosok luar biasa ini adalah pribadi yang visioner dan memiliki kedisiplinan dan keteguhan sikap yang luar biasa.
Sistem Pendidikan yang beliau kembangkan adalah sistem Pendidikan Wilayah yang diadopsi dari sistem yang biasanya danut oleh pondok-pondok pesantren di Indonesia. Pendidikan Wilayah adalah suatu sistem yang melibatkan peran aktif warga sekitar lembaga pendidikan yang bersangkutan. Di sini, warga dilibatkan secara aktif bukan hanya dalam pengembangan sistem ekonominya, tetapi lebih pada penjagaan motivasi belajar dan keberlangsungan sistem belajar pada peserta didik itu sendiri. Bagaimanapun, peserta didik tentu lebih banyak menghabiskan waktunya di tempat kos daripada di tempat kursus. oleh karena itu peran aktif para pemilik kos sebagai pengontrol utama belajar dari para peserta didik tentu sangatlah dibutuhkan. Tentu bukan suatu hal yang mudah untuk dirintis karena melibatkan orang-orang yang hampir seperti tidak berurusan dengan sistem belajar mengajar, tapi inilah tradisi pertama dan utama yang kelak secara signifikan terus mendampingi perkembangan Pare.
Disamping itu, beliau juga menciptakan sistem pendidikan yang bertumpu pada tanggung jawab keilmuan yang telah diperoleh, yaitu suatu sistem yang memberikan kesadaran penuh pada para peserta didiknya untuk ikut terlibat secara aktif dalam keberhasilan adik-adik kelasnya. Pada diri para peserta didik dipompakan rasa percaya diri yang setinggi-tingginya bahwa dalam dirinya terkandung potensi diri yang kuar biasa dan terkandung unsur tanggung jawab untuk membagikan ilmu yang telah dimilikinya. Dari sistem ini tercipta kelompok belajar-kelompok belajar yang biasanya disebut sebagai Study Club yang diampu oleh para senior. Sistem ini lagi-lagi mengadopsi sistem pengabdian yang sangat lazim ditemukan di pesantren-pesantren dan sistem ini adalah salah satu tradisi penting yang menopang perkembangan Pare kedepannya.
Keunikan lain dari Pare adalah sistem program kursus yang dikembangkan. Kalau biasanya lembaga-lembaga pendidikan kursus bahasa asing menggunakan sistem komprehensif yang memandang bahasa sebagai suatu ketrampilan makro, sistem program yang ditawarkan oleh berbagai tempat kursus yang ada di Pare bersifat parsial alias mikro dimana program di pecah-pecah sesuai dengan kebutuhan siswa_dengan kata lain sesuai dengan kebutuhan pasar_ Sehingga bila kita hanya butuh suatu materi tertentu, Speaking misalnya, kita tinggal berkonsentrasi pada materi yang kita butuhkan tersebut saja. Sistem yang tidak lazim memang dan terkesan 'memanfaatkan pasar'. Namun kemandirian metode dan kurikulum pembelajaran yang berkembang oleh lembaga-lembaga pendidikan kursus yang ada di Pare ini membuat kesan itu bias karena tradisi pembelajaran yang kuat yang sedari awal telah dirintis oleh Pak Kalend telah mendarah daging sebagai suatu tradisi yang tidak boleh lenyap begitu saja meski waktu terus berputar.
Disamping keunikan-keunikan tersebut bidiatas, hal lain yang menjadi ciri khas lain dari Pare yang menonjol adalah biaya pendidikannya yang sangat murah. Kondisi ini memang telah dikembangkan dari awal berdirinya Basic English Course (BEC) yaitu lembaga pendidikan kursus tertua di Pare yang didirikan olek Pak Kalend yang sampai saat ini menjadi ikon utama Pare. Sistem ini tentu merujuk pada model sistem pembiayaan ala pondok pesantren yang murah meriah tapi padat ilmu. Meskipun Pare saat ini telah berkembang pesat mengiringi zamannya, namun kondisi ini ternyata masih terus dipertahankan, dengan kata lain Pare seakan ingin memberi bukti bahwa pendidikan berkualitas bukan melulu ditentukan oleh harga yang membumbung tapi lebih pada kemapanan sistem yang digunakan, kemandirian kurikulum, peran serta seluruh komponen yang terlibat dalam seluruh aktivitas belajar mengajar.
Pare dan segala fenomenanya adalah hal yang menarik untuk dikaji. Kini, 32 tahun setelah peletakkan batu pertama itu, Pare telah dikenal sebagai Kampung Bahasa Inggris. Tradisi-tradisi belajar yang telah puluhan tahun terus bermetamorfosa tentu merupakan hal yang perlu didalami demi perbaikan sistem pendidikan di negeri tercinta ini.
Pare,Juli 2009
uun nurcahyanti
Jumat, 30 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Good.. Good... Good... I had been there......
Posting Komentar