Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Sabtu, 15 Agustus 2009

Mengenal Pondasi Pemikiran Pare

Publikasi Pare sebagai Kampung Bahasa yang bergerak kencang satu setengah tahun belakangan ini telah mendongkrak Pare menjadi salah satu primadona investasi baru di wilayah Kabupaten Kediri dan sekitarnya. Perkembangan ekonomi yang selama sepuluh tahun terakhir ini sudah mulai berderap seakan dipacu untuk saling berkejaran dengan waktu.
Pusat-pusat ekonomi tumbuh bak jamur di musim penghujan. Akankah kondisi ini akan mengubah habis wajah Pare
dan mengikis tradisi-tradisi unik yang selama ini telah menjadi ciri khas Pare atau malah akan memperkokoh pencitraan khas Pare itu sendiri?


Pare ala Mr. Kalend_istilah penulis_adalah Pare yang mengembangkan sistem pendidikan wilayah yang berorientasi pada ekonomi wilayah juga. Artinya, lembaga pendidikan sebagai inisiator ekonomi merupakan bagian vital yang bertugas menjadi denyut jantung pergerakan ekonomi disekitarnya. Medan magnet ekonomi wilayah dengan pusat denyut kehidupan berupa lembaga pendidikan ini tentunya merupakan fenomena unik yang harus dikelola secara tepat bila tidak ingin jatuh pada pola ekonomi kapitalis yang pada akhirnya mengkotak wilayah ekonomi bukan mengembangkan ekonomi wilayah.

Indikasinya jelas bahwa ekonomi wilayah berorientasi pada pengembangan potensi sumber daya wilayah baik sumber daya geografis maupun sumber daya manusianya sehingga inisiator mengemban tanggung jawab untuk membantu proses pengembangan wilayah tempatnya berdiam agar perekonomian masyarakat di sekitar lembaga-lembaga pendidikan tumbuh harmonis beriringan dengan pertumbuhan lembaga. Sehingga masing-masing pihak bisa hidup berdampingan karena saling bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup masing-masing dan bukan saling cuek dan meninggalkan. Dari kondisi ini jelas bahwa diharapkan penduduk asli di wilayah tersebut bisa menjadi tuan rumah di wilayahnya sendiri karena setiap wilayah pasti memiliki keunikan dan tradisi yang membedakannya dengan wilayah lainnya. Keunikan dan tradisi yang dimiliki ini harus tetap dijaga agar karakter khas wilayah tidak terkikis roda zaman.

Selasa, 21 Juli 2009

SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM PROGRAM

Segala hal yang berkembang dan bergerak terbentuk dari tapak-tapak sejarah yang telah dijejakkan dalam lingkaran
alur waktu.

Dari tapak-tapak sejarah itu peradaban terbentuk,
dan
dari jejak langkah itu kemuliaan terbangun.


Pada waktu awal perkembangan Pare, sistem program yang dikembangkan oleh lembaga pendidikan kursus perintis yaitu Basic English Course (BEC) adalah sistem komprehensif dan reguler ala pesantren dengan materi yang dimulai dengan pengenalan Bahasa Inggris dasar yang nantinya digunakan untuk bercakap-cakap (Speaking). Program dibagi menjadi beberapa level dan ditempuh dalam waktu enam bulan dengan penerimaan siswa baru per tiga bulan yaitu pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Karena target yang hendak dicapai adalah kempuan berbahasa secara aktif maka pembentukan rasa percaya diri adalah hal yang benar-benar menjadi perhatian utama dari sistem ini disamping membangun keaktifan siswa dan pengayaan kosakata.

Sistem ini kemudian diadopsi oleh beberapa lembaga kursus yang berdiri setelahnya. Hal ini terutama untuk menampung siswa yang tidak mendapat tempat pada saat pembukaan program karena jumlah kursi yang disediaakan per periodenya hanya 320 kursi saja. Keseragaman sistem ini tentu karena kebutuhan siswa yang ingin mendapatkan materi yang sama dengan metode yang tidak jauh beda.


Sistem yang agak sedikit berbeda mulai dirilis pada awal dekade 90-an oleh Liberty English course yang memecah sistem awal ini menjadi dua program yaitu Speaking dan Grammar dengan durasi waktu yang lebih pendek yaitu satu bulan dan terbagi menjadi beberapa level Sistem ini memberi peluang bagi para calon peserta kursus yang tidak mepunyai waktu luang yang cukup panjang untuk tinggal di Pare, misalnya pada saat liburan sekolah atau liburan kuliah, untuk ikut mencicipi sistem belajar Bahasa Inggris ala Pare.

Sistem baru yang sama sekali berbeda dengan sistem ini muncul pada pertengahan dekade 90-an. sistem ini diusung oleh lembaga pendidikan kursus yang bernama Pratama English Course (PEC). Sistem yang ditawarkan olehPEC ini bersifat parsial-aplikatif berdasarkan pada kebutuhan peserta kursus yang datang ke Pare yang pada waktu itu mulai melebar ke wilayah mahasiswa dari yang sebelumnya yaitu para santri dan lulusan MA. Program yang ditawarkan pada waktu itu adalah Speaking, Translation, Writing, dan Advanced Grammar dengan durasi belajar satu bulan dan terdiri dari beberapa level. Sistem pembelajaran untuk program Speaking _yang notabene merupakan program yang sama dengan lembaga kursus yang telah ada_ tidaklah sama dengan yang dipakai oleh para pendahulunya itu. PEC menggunakan kurikulum yang yang terfokus pada tujuan programnya secara instan.

Ditilik dari program-program yang ditawarkan, PEC memang lebih ditujukan untuk menampung calon peserta kursus yang membutuhkan materi-materi pada level lanjutan bukan pada level dasar. PEC juga merupakan lembaga perintis sistem referensial seperti yang lazimnya digunakan di dunia perkuliahan. Hal ini bisa dimaklumi karena para pendirinya adalah orang-orang yang akrab dengan dunia Bahasa Inggris yang disajikan di bangku kuliah.

Dari saat inilah mainstream awal pare yang bersifat komprehensif dan reguler serta berorientasi pada ketrampilan bahasa aktif bergeser pada sistem yang parsial, instan dan berorientasi pada kebutuhan peserta didik baik aktif maupun pasif. Dan Pare pun memulai era baru pada pengembangan sistem program yang ditawarkan pada pasar.

Pada akhir dekade 90-an ini sistem yang telah dirintis oleh PEC ini dikembangkan oleh Mahesa Institute. Sistem PEC yang cenderung tidak ditujukan untuk para pemula merupakan peluang yang diambil alih perannya oleh lembaga pendidikan kursus ini. Hal ini adalah kondisi logis yang mendorong para pendiri Mahesa Institute untuk menawarkan sistem ini. Karena bagaimanapun juga masih banyak sekali mahasiswa Indonesia yang buta Bahasa Inggris,bahkan para mahasiswa jurusan Bahasa Inggris sekalipun. Dan sistem baru ini hadir bagi kelompok pasar yang seperti ini.

Sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Mahesa Institute awal ini tidak sama dengan PEC yang sangat tekstual tapi lebih pada improvisasi sistem ajar_ pada ketrampilan Bahasa Inggris pasif_ dengan tujuan untuk membuat siswa mencintai Bahasa Inggris sebagai sebuah ilmu yang menarik dan menantang.Prrogram yang dirintis dan dikembangkan ini adalah Program Grammar Dasar. Para perintis Mahesa Institute awal ini ingin merubah mindset yang terbangun pada diri hampir semua pelajar bahwa Bahasa Inggris itu rumit dan orang baru dikatakan terampil berbahasa itu adalah ketika mampu bercakap secara aktif dan mengesampingkan keterampilan berbahasa secara pasif padahal keduanya adalah bagian tak terpisahkan karena saling menunjang.

Sistem ajar yang penuh improvisasi dan sangat inovatif yang dikembangkan oleh team Mahesa Institute awal ini berkembang sangat pesat dan menjadi mainstream sistem pengajaran baru yang sangat populer karena memberi celah pemahaman yang mendasar tentang dunia pembelajaran Bahasa Inggris pasif yang selama ini diabaikan oleh sistem pendidikan bahasa_bahkan secara global_ karena tidak dianggap sebagai komponen penting yang menunjang ketrampilan berbahasa. Selain itu Mahesa juga menawarkan program TOEFL (Test of English as Foreign Language). Disamping menawarkan program baru, lembaga kursus ini juga menawarkan perubahan start program yaitu tanggal 10 setiap bulannya dari yang biasanya pada awal bulan. Strategi ini sekaligus untuk memberi alternatif bagi para calon peserta kursus yang datang ke Pare lewat dari awal bulan.

Pada medio ini juga muncul sistem pembelajaran dengan metode asrama yang awalnya juga dirintis oleh PEC dengan nama Pratama English Camp dan Mahesa Institute dengan nama Mahesa Ladies Camp dan Mahesa Boys Camp. Karena sistem yang dibangun belum tertata bagus, maka sistem asrama ini kurang berkembang. Namun tak lama berselang muncul metode asrama Bahasa Inggris yang mengadopsi metode pondok pesantren yaitu Darul Abidin English Course (DEC) yang bekerjasama dengan Pondok Pesantren Darul Abidin. Sebelumnya, English Area sudah dikembangkan oleh Pondok Pesantren Darul Falah yang memang mewajibkan santrinya untuk berbahasa Inggris dan Arab di lingkungan pesantren. Namun kehadiran DEC ini membawa satu sistem baru yang memadukan English area ala Darul Falah dan sistem yang dipakai di lembaga-lembaga kursus. Sistem ini adalah cikal bakal sistem English Camp yang saat ini tumbuh bak jamur dimusim hujan di Pare.

Pada saat yang hampir bersamaan muncul lembaga pendidikan kursus yang memfokuskan diri pada bidang Speaking_seperti BEC dulu_ yaitu Oxford English Course (lembaga ini akhirnya bermetamorfosa menjadi Daffodills English Course). Sistem yang dibawa oleh lembaga kursus ini adalah sistem Active and Interactive Speaking, suatu sistem yang berbeda jauh dengan pendahulunya dan yang secara otomatis memberi alternatif baru bagi sistem dan metode pembelajaran program Speaking yang berkembang di Pare.

Kemunculan sistem-sistem program baru yang memberi aneka warna baru pada perkembangan pendidikan kebahasa-Inggris-an di Pare pada sepanjang dekade 90-an hingga saat ini ini merupakan tonggak baru perkembangan Pare. Dan saat ini, hampir sepuluh tahun kemudian, wilayah ini berkembang begitu pesat dan mulai menjadi ikon sistem pendidikan alternatif di Indonesia. Dalam kurun waktu itu lembaga-lembaga perintis tersebut telah menginspirasi dan menelurkan begitu banyak lembaga kursus baru yang mengusung sistem baru yang mandiri dan menjadi ciri khas masing-masing lembaga.


Juli 2009

uun nurcahyanti


Jumat, 30 Januari 2009

Selayang Pandang tentang Pare

Pare adalah sebuah kota kecamatan yang terletak di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Kota kecil ini terletak antara kota Kediri dan Jombang. Waktu tempuh yang dibutuhkan dari masing-masing kota tersebut ke Pare sekitar 45 menit. Di kota kecil nan damai ini terdapat sebuah wilayah yang saat ini akrab dijuluki Kampung Bahasa Inggris, yaitu wilayah desa Tulungrejo. Di wilayah ini kita bisa menemukan suatu lokasi pendidikan yang unik dan mengkhususkan diri pada bidang bahasa-bahasa asing terutama bahasa Inggris. Kondisi ini yang membuat zona ini dijuluki Kampung Bahasa Inggris.
Sejarah perkembangan pendidikan kebahasaan di wilayah ini dimulai pada tahun 1977. Perintis sekaligus peletak dasar konsep kependidikannya adalah Bapak Kalend_yang akrab dipanggil Pak Kalend. Sosok luar biasa ini adalah pribadi yang visioner dan memiliki kedisiplinan dan keteguhan sikap yang luar biasa.
Sistem Pendidikan yang beliau kembangkan adalah sistem Pendidikan Wilayah yang diadopsi dari sistem yang biasanya danut oleh pondok-pondok pesantren di Indonesia. Pendidikan Wilayah adalah suatu sistem yang melibatkan peran aktif warga sekitar lembaga pendidikan yang bersangkutan. Di sini, warga dilibatkan secara aktif bukan hanya dalam pengembangan sistem ekonominya, tetapi lebih pada penjagaan motivasi belajar dan keberlangsungan sistem belajar pada peserta didik itu sendiri. Bagaimanapun, peserta didik tentu lebih banyak menghabiskan waktunya di tempat kos daripada di tempat kursus. oleh karena itu peran aktif para pemilik kos sebagai pengontrol utama belajar dari para peserta didik tentu sangatlah dibutuhkan. Tentu bukan suatu hal yang mudah untuk dirintis karena melibatkan orang-orang yang hampir seperti tidak berurusan dengan sistem belajar mengajar, tapi inilah tradisi pertama dan utama yang kelak secara signifikan terus mendampingi perkembangan Pare.
Disamping itu, beliau juga menciptakan sistem pendidikan yang bertumpu pada tanggung jawab keilmuan yang telah diperoleh, yaitu suatu sistem yang memberikan kesadaran penuh pada para peserta didiknya untuk ikut terlibat secara aktif dalam keberhasilan adik-adik kelasnya. Pada diri para peserta didik dipompakan rasa percaya diri yang setinggi-tingginya bahwa dalam dirinya terkandung potensi diri yang kuar biasa dan terkandung unsur tanggung jawab untuk membagikan ilmu yang telah dimilikinya. Dari sistem ini tercipta kelompok belajar-kelompok belajar yang biasanya disebut sebagai Study Club yang diampu oleh para senior. Sistem ini lagi-lagi mengadopsi sistem pengabdian yang sangat lazim ditemukan di pesantren-pesantren dan sistem ini adalah salah satu tradisi penting yang menopang perkembangan Pare kedepannya.
Keunikan lain dari Pare adalah sistem program kursus yang dikembangkan. Kalau biasanya lembaga-lembaga pendidikan kursus bahasa asing menggunakan sistem komprehensif yang memandang bahasa sebagai suatu ketrampilan makro, sistem program yang ditawarkan oleh berbagai tempat kursus yang ada di Pare bersifat parsial alias mikro dimana program di pecah-pecah sesuai dengan kebutuhan siswa_dengan kata lain sesuai dengan kebutuhan pasar_ Sehingga bila kita hanya butuh suatu materi tertentu, Speaking misalnya, kita tinggal berkonsentrasi pada materi yang kita butuhkan tersebut saja. Sistem yang tidak lazim memang dan terkesan 'memanfaatkan pasar'. Namun kemandirian metode dan kurikulum pembelajaran yang berkembang oleh lembaga-lembaga pendidikan kursus yang ada di Pare ini membuat kesan itu bias karena tradisi pembelajaran yang kuat yang sedari awal telah dirintis oleh Pak Kalend telah mendarah daging sebagai suatu tradisi yang tidak boleh lenyap begitu saja meski waktu terus berputar.
Disamping keunikan-keunikan tersebut bidiatas, hal lain yang menjadi ciri khas lain dari Pare yang menonjol adalah biaya pendidikannya yang sangat murah. Kondisi ini memang telah dikembangkan dari awal berdirinya Basic English Course (BEC) yaitu lembaga pendidikan kursus tertua di Pare yang didirikan olek Pak Kalend yang sampai saat ini menjadi ikon utama Pare. Sistem ini tentu merujuk pada model sistem pembiayaan ala pondok pesantren yang murah meriah tapi padat ilmu. Meskipun Pare saat ini telah berkembang pesat mengiringi zamannya, namun kondisi ini ternyata masih terus dipertahankan, dengan kata lain Pare seakan ingin memberi bukti bahwa pendidikan berkualitas bukan melulu ditentukan oleh harga yang membumbung tapi lebih pada kemapanan sistem yang digunakan, kemandirian kurikulum, peran serta seluruh komponen yang terlibat dalam seluruh aktivitas belajar mengajar.
Pare dan segala fenomenanya adalah hal yang menarik untuk dikaji. Kini, 32 tahun setelah peletakkan batu pertama itu, Pare telah dikenal sebagai Kampung Bahasa Inggris. Tradisi-tradisi belajar yang telah puluhan tahun terus bermetamorfosa tentu merupakan hal yang perlu didalami demi perbaikan sistem pendidikan di negeri tercinta ini.


Pare,Juli 2009
uun nurcahyanti